Simbol Toleransi Dan Kebersamaan Antar Umat Beragama Di Indonesia Adalah
Puja Mandala di Bali menjajarkan tempat peribadatan 5 agama dalam area yang sama
Puja Mandala berlokasi di dekat kawasan BTDC Nusa Dua. Di tempat ini dibangun berdampingan lima tempat ibadah sekaligus, yaitu: Pura Jagat Natha Nusa Dua, Gereja Katolik Paroki Maria Bunda Segala Bangsa, Wihara Budha, Gereja Protestan dan Masjid Agung Ibnu Batulah. Tempat ini banyak didatangi para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Meskipun menunjukkan perbedaan yang sangat jelas, tempat ini juga menunjukkan kerukunan dan toleransi umat beragama di Bali. Tentunya hal ini selaras dengan semboyan Indonesia: "Bhinneka Tunggal Ika". Yang seperti kita semua tahu itu berarti berbeda-beda, tapi tetap satu jua.
Bulan suci Ramadhan adalah bulan suci yang penuh akan keberkahan dan bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat islam di seluruh dunia.Begitu pula dengan umat islam yang ada di Indonesia.Dalam bulan ramdhan di Indonesia tidak hanya menjalankan ibadah puasa saja ,tetapi berburu takjil juga menjadi tradisi atau rutinitas yang tak pernah ketinggalan pada setiap tahunnya..Tetapi ada yang berbeda dari ramadhan pada tahun ini,dimana bukan hanya umat islam saja yang berburu takjil,tetapi orang non-islam juga ikut berburu takjil untuk ikut merasakan keseruan dalam berburu takjil atau yang kini sedang marak dibicarakan dimedia sosial yaitu "War Takjil".Fenomena" War Takjil" ini juga tak hanya mendatangkan kegembiraan dikalangan umat islam saja,tetapi juga mendatangkan kegembiraan untuk masyarakat umum,Karena bisa merasakan keseruan dalam berburu takjil dan bisa ikut merasakan kenikmatan dari santapan-santapan takjil tersebut.Fenomena "War Takjil" di media sosial ini juga dapat memperkuat toleransi antar umat beragama di Indonesia,dimana tidak hanya umat islam saja yang merasakan kehangatan dari bulan suci Ramadhan ini,tetapi masyarat umum pun bisa ikut merasakan kehangatan bulan suci Ramadhan.Momen kehangatan dan menggelitik ini juga semakin mencuat saat pendeta Steve Marcel Saerang melalui khutbahnya di Gereja Tiberias.Dalam Khutbanya pendeta Marcel tersebut berbicara kepada para jamaatnya" Soal agama kita toleran, tapi soal takjil kita duluan."Sontak khutbah tersebut disambut gelak tawa dari para jamaatnya,dan dari khutbah tersebut menimbulkan berbagai komentar dimedia sosial dari para warga net.Maraknya fenomena War Takjil ini menjadikan simbol toleransi umat beragama yang ada di Indonesia.Dengan adanya War Takjil ini,Umat islam dan non-islam dapat menyatukan perbedaan melalui war Takjil ini.Dalam podcastnya,Habib Jafar mengatakan bahwa "Toleransi adalah ketika kamu memberikan apa yang menjadi hakmu kepada orang lain demi kebaikan yang lebih luas slama tidak melanggar kewajibanmu sebagai hamba tuhan."War Takjil ini juga menjadi bukti bahwa perbeaan agama bukanlah pengghalang antar umat beragama,tetapi dengan adanya war Takjil ini dapat menjadi pengikat sosial antar uamt islam dengan umat non-Islam.War Takjil ini juga dapat menjadikan rasa persatuan dan kebersamaan pada bulan ramadhan ini.
Krisna Mustikarani Profil
Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?
Kita mengenal Indonesia dengan ribuan pulau dan bermacam suku bangsanya. Indonesia pun memiliki keanekaragaman dengan adanya enam agama resmi yang diakui negara. Meski berbeda-beda, warga negaranya masih menjunjung tinggi toleransinya loh. Buktinya bisa kamu lihat dari adanya simbol-simbol unik yang jadi representasinya, seperti yang ada di 6 contoh lokasi berikut ini!
Kampung Toleransi di Bandung saling mendukung kelancaran beribadah antar-agama
Tepatnya di Gang Ruhana, Kelurahan Paledang, Kota Bandung terdapat tiga tempat ibadah yang berdiri berdampingan, yakni: Gereja Pantekosta, Masjid Al-Amanah dan Wihara Giri Meta. Warga sekitarnya hidup dengan menjunjung tinggi toleransi beragama.
Contoh bentuk toleransi yang ditunjukkan oleh warganya, antara lain seperti: menggelar rapat Cap Gomeh di masjid, warga muslim mengirimkan nasi kuning ke warga non-muslim menjelang lebaran, menyumbang untuk membangun masjid bersama dan saling membantu jika ada yang meninggal. Bahkan saat masuk gang akan terlihat gambar mural yang menunjukkan lukisan tiga tempat ibadah.
Baca juga: Surabaya Kembali Diguncang Bom, Libur Sekolah Diperpanjang
Wujudkan keamanan dan kedamaian di perbatasan
Agus, selaku pengurus Masjid Al-Hijrah PLBN Skouw menjelaskan bahwa pihaknya selalu membangun koordinasi dan komunikasi serta memperkuat silahturahmi bersama semua pihak. Tujuannya, menciptakan kedamaian di wilayah perbatasan RI-PNG di PLBN Skouw.
“Kami tetap menjaga hubungan baik dengan pihak gereja, tokoh adat sebagai pemilik hak ulayat, (dan) para anggota Satgas TNI yang bertugas di wilayah perbatasan, guna menjaga keamanan dan kedamaian di perbatasan,” ungkapnya.
Baca juga: Kisah Merah Putih di Tepi Batas Tanah Air
Adapun Bastian bertutur bahwa di setiap hari di rentang waktu pukul 09.00-17.00 WIT, warga Papua Nugini dan Indonesia beraktivitas di perbatasan Skouw.
Sebagai tokoh agama, lanjut Bastian, dirinya terus memberikan pesan-pesan kepada setiap jemaat, guna menjaga keamanan dan kedamaian, sehingga aktivitas di perbatasan Indonesia dan Papua Nugini tetap berjalan baik.
“Kami terus menjaga kedamaian dengan membangun hubungan yang baik dengan tokoh agama yang lain, tokoh adat sebagai pemilik hak ulayat dan anggota TNI, imigrasi, maupun BNPP yang bertugas di wilayah perbatasan Skouw,” ujar Bastian.
Masjid Istiqlal, terletak di Jakarta, Indonesia, adalah salah satu masjid terbesar dan termegah di Asia Tenggara. Namanya sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti "merdeka" atau "kemerdekaan". Istiqlal, sebuah nama yang melambangkan kebebasan, tidak hanya menjadi sekadar bangunan megah, tetapi juga menjadi wujud dari rasa syukur mendalam yang tersemat dalam jiwa bangsa Indonesia atas kemerdekaan yang dengan susah payah diperjuangkan.dan mencerminkan nilai-nilai kemerdekaan dan kebangsaan Indonesia.
Mulai dibangun pada tahun 1961, pemancangan pertama tiang Masjid Istiqlal dilakukan oleh Presiden pertama Indonesia, Soekarno. Arsitekturnya yang megah dan luas, serta kemampuannya menampung hingga 100.000 jamaah, menjadikannya salah satu landmark yang paling dikenal di Jakarta dan masjid terbesar di Asia Tenggara.
Karya Arsitektur Nasrani
Pada tahun 1954, dimulailah sebuah sayembara yang menjadi awal dari perjalanan panjang merancang arsitektur megah Masjid Istiqlal. Setelah melalui proses seleksi yang ketat, akhirnya seorang arsitek nasrani bernama Friedrich Silaban terpilih sebagai pemenang. Meskipun bukan beragama Islam, namun Friedrich Silaban dianggap memiliki kemampuan untuk menggabungkan elemen-elemen Islam dan semangat nasionalisme dalam desainnya.
Salah satu contohnya adalah desain kubah Masjid Istiqlal yang memiliki diameter mencapai 45 meter, mewakili tahun bersejarah kemerdekaan Indonesia, yaitu 1945. Tak hanya itu, kubah tersebut juga dihiasi dengan ukiran ayat kursi yang melingkari bagian dalamnya, memberikan nuansa spiritual yang mendalam.
Tidak hanya itu, Masjid Istiqlal juga memiliki struktur yang simbolis. Dengan didukung oleh 12 tiang, menandakan hari kelahiran Nabi Muhammad yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awwal. Selain itu, kehadiran empat lantai balkon dan satu lantai dasar dalam bangunan ini tidaklah kebetulan. Kelima lantai tersebut melambangkan lima rukun Islam, jumlah shalat wajib dalam sehari, serta jumlah sila dalam ideologi negara Indonesia, Pancasila.
Melalui perpaduan elemen-elemen simbolis ini, Masjid Istiqlal tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga sebuah simbol kebanggaan dan semangat nasionalisme yang mengakar dalam setiap jengkal desainnya. Bangunan masjid ini mencakup gaya arsitektur modern dengan sentuhan tradisional Islam, dan menunjukkan semangat toleransi di Indonesia dengan berbagai elemen budaya yang diintegrasikan.
Visi Toleransi Soekarno
Dengan visi yang penuh makna, Soekarno memimpikan agar Masjid Istiqlal ditempatkan dekat dengan landmark penting negara, termasuk Istana Negara dan Monumen Nasional (Monas). Pilihan lokasi ini menjadi semakin berarti karena di sekitarnya telah berdiri megah Gereja Katedral, sebuah lambang keagamaan yang sudah ada sebelumnya. Maka, dalam perspektif Soekarno, menghadirkan Masjid Istiqlal berdampingan dengan Gereja Katedral bukan hanya sekadar strategi pembangunan fisik, melainkan juga simbol keharmonisan dan toleransi antara dua agama yang berbeda.
Keputusan tersebut akhirnya diambil, dan Masjid Istiqlal pun berdiri tegak persis berseberangan dengan Gereja Katedral, mewujudkan impian panjang Soekarno. Namun, perjalanan pembangunan tidaklah mudah. Dibutuhkan waktu yang lama, serta dana yang besar, seperti yang telah diantisipasi oleh Hatta.
Biaya yang dibutuhkan untuk mewujudkan impian ini utamanya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang mencapai angka fantastis sebesar Rp. 7.000.000.000,- (tujuh miliar rupiah), serta sumbangan sebesar US$ 12.000.000. Ini adalah bukti nyata komitmen dan dukungan pemerintah serta masyarakat dalam membangun sebuah ikon kebanggaan nasional yang megah dan monumental.
Bahkan, proses pembangunan masih berlanjut hingga pergantian rezim dari era Orde Lama ke Orde Baru. Akhirnya, pada tanggal 22 Februari 1978, Masjid Istiqlal diresmikan oleh Presiden Soeharto, menandai akhir dari perjalanan panjang pembangunan yang dimulai dari pemancangan tiang pertama oleh Soekarno 17 tahun sebelumnya.
Setelah melalui perjalanan yang berliku, Masjid Istiqlal akhirnya mencapai puncak pembangunannya. Dimulai pada tanggal 24 Agustus 1961, upaya pembangunan ini mencapai akhir yang indah ketika Presiden Soeharto meresmikannya pada tanggal 22 Februari 1978. Tanda kebanggaan dan kesuksesan dibuktikan dengan prasasti yang dipasang di area tangga pintu As-Salam, mencatatkan momen bersejarah tersebut.
Meskipun perjalanan menuju penyelesaian masjid memakan waktu yang panjang, nilai-nilai yang diusung oleh Soekarno dalam memilih lokasi tidaklah sia-sia. Masjid Istiqlal menjadi bukti hidup akan toleransi dan kerukunan antar umat beragama, dengan umat Muslim dan umat Gereja Katedral hidup berdampingan dengan harmonis di sepanjang sejarahnya.
Selain sebagai tempat ibadah umat Islam, Masjid Istiqlal juga sering menjadi tuan rumah untuk acara-acara penting, baik dalam skala nasional maupun internasional. Ini mencakup upacara peringatan kemerdekaan Indonesia, kunjungan dari pemimpin agama lain, serta kegiatan sosial dan budaya yang mempromosikan dialog antar-agama dan perdamaian.
Masjid Istiqlal juga menarik banyak wisatawan, baik Muslim maupun non-Muslim, yang datang untuk mengagumi keindahan arsitektur dan merasakan atmosfir spiritual yang khusyuk di dalamnya. Secara keseluruhan, Masjid Istiqlal adalah sebuah simbol penting bagi Indonesia, tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai lambang dari semangat kemerdekaan, toleransi, dan persatuan yang dijunjung tinggi oleh bangsa ini. (EKW)
https://www.istiqlal.or.id/
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/04/20/09135721/masjid-istiqlal-ekspresi-rasa-syukur-kemerdekaan-hingga-toleransi?page=all
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20150717070452-20-66846/istiqlal-lambang-toleransi-sejak-dirancang
Krisna Mustikarani Profil
Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?
Bekasi, Indonesia – Sebuah masjid di tengah kota menjadi saksi harmoni umat beragama yang berkumpul untuk melaksanakan ibadah berjamaah. Ratusan jamaah dengan khusyuk mengikuti sesi pengajian dan doa bersama dalam suasana yang penuh kedamaian. Ornamen masjid yang artistik menambah keindahan momen spiritual ini.
Acara ini mencerminkan semangat keberagaman dan toleransi, di mana setiap individu, tanpa memandang latar belakang, dapat bersatu dalam semangat beribadah. Hal ini menunjukkan pentingnya kesetiakawanan sosial dan gotong royong dalam mempererat tali persaudaraan di tengah masyarakat.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Agama (Menag) sekaligus Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar meresmikan pembangunan Terowongan Silaturahim yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta pada Kamis.
Terowongan sepanjang 34 meter ini menjadi simbol toleransi antar-umat beragama serta memudahkan akses bagi jamaah kedua tempat ibadah terbesar di Indonesia tersebut.
"Kami berharap dengan terbangunnya Terowongan Silaturahim ini akan memudahkan akses zaman antar-bangunan ibadah serta menjadi simbol toleransi antara umat beragama," ujar Menag.
Menag Nasaruddin menekankan filosofi dari pembangunan terowongan yang mendalam, sebagai lambang kedalaman hati umat beragama yang saling menghormati dan menjaga kerukunan.
Menag juga melaporkan bahwa proyek pembangunan terowongan ini merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden Joko Widodo pada tahun 2020, yang bertujuan untuk mempermudah akses jamaah, menyediakan ruang parkir, serta mengurangi kemacetan di sekitar lokasi.
Terowongan Silaturahim yang dibangun dengan anggaran APBN sebesar Rp38,9 miliar ini memiliki panjang 34 meter, lebar 4,1 meter, dan kedalaman enam meter.
"Adapun total luas pembangunan Terowongan Silaturahim sebesar 346 meter," kata dia.
Selain berfungsi sebagai penghubung, terowongan ini juga dilengkapi dengan diorama yang menggambarkan hubungan toleransi antar-umat beragama, yang digambarkan melalui karya seniman Sunaryo bertema "Wat Hati" atau "Jembatan Hati".
Diorama tersebut memperlihatkan perjalanan sejarah kerukunan antara umat Islam dan Kristen di Indonesia, yang digambarkan dalam relief-relief yang menghiasi dinding terowongan.
Selain itu terowongan ini juga menyediakan fasilitas parkir dengan kapasitas 800 hingga 1.000 kendaraan, yang dapat digunakan bersama oleh jamaah Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.
Pembangunan terowongan ini turut melibatkan pihak-pihak terkait, termasuk Kementerian Pekerjaan Umum serta kerja sama dengan pihak Kereta Api Indonesia (KAI) untuk pembangunan
di sekitar area tersebut.
Dengan adanya Terowongan Silaturahim diharapkan akan semakin memperkuat hubungan antar-umat beragama di Indonesia dan menjadi simbol kerukunan yang nyata di tengah keberagaman.
Perbedaan keyakinan di negeri kita kerap berujung pada kejadian yang tak mengenakkan. Dari penutupan paksa tempat ibadah sampai penyerangan rumah warga minoritas, internet dan media cetak dipenuhi dengan berita negatif yang membuat kita pesimis akan masa depan toleransi hidup beragama di Indonesia.Tapi sebenarnya, toleransi itu masih ada kok. Setidaknya sisa-sisanya masih bisa kamu lihat dalam keindahan enam destinasi wisata religi di artikel ini.Kali ini, penulis akan memberitahu ke kamu tempat-tempat di Indonesia yang dapat kamu kunjungi untuk membuktikan bahwa perbedaan itu indah, jika kamu memikirkannya lebih dalam. Di mana sajakah itu? Yuk, kita telusuri satu persatu.1. Di pusat ibukota, harmoni dua agama ditunjukkan oleh Masjid Istiqlal dan Katedral Jakarta yang dibangun saling berdampingan.Salah satu simbol kerukunan umat antar agama yang terletak di pusat Ibukota Jakarta adalah Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Mereka dibangun berdampingan, berdiri melengkapi satu dan lainnya. Gereja Katedral sendiri mulai dibangun sejak tahun 1891 dan sempat terhenti pembangunannya karena kekurangan biaya pada tahun 1892. Sedangkan Masjid Istiqlal yang terletak tidak jauh dari Gereja Katedral diprakarsai pembangunannya oleh Presiden Soekarno. Masjid ini sendiri diresmikan pada 22 Februari 1978. Lokasi pembangunan masjid yang berdampingan dengan Gereja Katedral ini dipilih untuk melambangkan semangat persaudaraan, persatuan, dan toleransi umat beragama sesuai nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila.2. Jakarta juga punya bukti kerukunan umat beragama yang lainnya. Contohnya Masjid Al-Muqarrabien dan Gereja Masehi Injil di Jakarta Utara.Jakarta masih punya tempat lain yang membuktikan adanya toleransi umat beragama di Indonesia. Dua tempat ibadah yang menjadi simbol kerukunan tersebut terletak di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dua tempat ibadah tersebut adalah Gereja Masehi Injil Sangihe Talaud Mahanaim dan Masjid Al-Muqarrabien. Walau dibangun untuk dua keyakinan yang berbeda, dua tempat ibadah ini hanya terpisah oleh dinding.3. Di Malang, kamu bisa menemukan GPIB Immanuel dan Masjid Agung Jami` yang bersanding berdampingan.Di Malang, juga terdapat dua bangunan tempat beribadah yang saling berdampingan, kedua tempat ibadah tersebut berdiri berdekatan selama lebih dari 100 tahun. Lokasi kedua tempat beribadah ini terletak di jantung kota Malang, tepatnya di depan alun-alun kota, gereja yang dibangun pada tahun 1861 sedangkan masjid dibangun pada tahun 1875, meski hanya berhimpitan dipisahkan oleh kantor asuransi di tengahnya, tidak pernah ada pertengkaran ataupun percekcokan selama lebih dari 1 abad. Kedua pengurus tempat ibadat sering bekerja sama dan bertoleransi antara satu dengan yang lain, ketika perayaan natal tiba, pemuda Anshar dari Barisan Anshar Serbaguna (Banser) dan Remaja Masjid membantu berjaga keamanan dan tempat parkir jemaat. Begitu pun ketika sholat Id tiba, jamaah bisa sampe meluber di luar bangunan masjid, bahkan sebagian sholat di depan dan samping gereja.4. Kompleks Puja Mandala adalah bukti kerukunan umat beragama di Bali.Kompleks rumah ibadah yang terletak di kawasan Nusa Dua, Bali ini tergolong unik dan menarik. Kenapa? Karena di tempat inilah terletak bangunan beribadah lima agama yang ada di Indonesia yang terletak dalam satu kompleks, mungkin juga hanya satu-satunya di dunia. Lokasinya berada di kawasan bukit Kampial, yang biasa kita lewati jika hendak bervakansi ke kawasan wisata Garuda Wisnu Kencana (GWK) dari Tanjung Benoa. Kita dapat melihat lima bangunan peribadatan yang berderet, mulai dari Masjid, Gereja Katolik, Wihara, Gereja Kristen Protestan, dan Pura, mungkin karena itulah tempat ini disebut dengan nama Puja Mandala — yang artinya ruang untuk melakukan persembahyangan. Kita dapat melihat toleransi beragama ketika ibadah sedang berlangsung karena setiap agama mempunyai jadwal rutin yang berbeda dalam beribadah.5. Bangunan GKL Joyodiningratan dan Masjid Al-Hikmah saling berbagi tembok di Solo.Bagi kamu yang berdomisili di Solo, mungkin sudah tidak asing lagi dengan kedua bangunan yang terletak di Jl. Gatot Subroto, jalan besar yang membelah kota Solo bagian selatan menjadi dua bagian. Yang menjadikan tempat ini unik adalah bangunan Gereja Kristen Jawa Joyodiningratan dan Masjid Al-Hikmah yang berdempetan dan saling berbagi tembok, lebih unik lagi ternyata alamat dari dua bangunan ini sama, yaitu di Jalan Gatot Subroto no. 222.6. Di Minahasa, Tugu ajaran 5 agama di Bukit Kasih Kanonang menjadi simbol indahnya perbedaan keyakinan.Tugu yang terletak di Bukit Kasih Kanonang, kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara ini juga populer dengan sebutan wisata toleransi beragama. Tempat yang bisa dituju dengan waktu perjalanan selama 2 jam dari kota Manado ini memiliki menara dengan tinggi 22 meter dengan lima bidang sisi yang masing-masing sisinya terpahat relief simbol dari 5 agama besar di Indonesia. Selain itu, tempat wisata yang dibangun diatas tanah berukuran 4 hektar ini didirikan pada tahun 2002 dan memiliki 5 tempat ibadah bagi 5 agama yang berbeda di sekelilingnya.Di tempat ini kamu dapat belajar, bahwa sesama manusia harus saling menghormati dan menyayangi, kamu juga harus menaiki tangga sebanyak 2.435 anak tangga, tak usah khawatir, rasa capekmu akan tergantikan dengan indahnya kawah belerang di sekitar tangga, yang airnya digunakan warga untuk memasak jagung, kacang, dan telur.Diambil dari content Hipwee oleh Reza Akhmad
Admin [email protected]
PANGKALPINANG – Penjabat Wali Kota Pangkalpinang, Budi Utama, menjadi inspektur upacara pada peringatan Hari Jadi Pangkalpinang ke-267 yang digelar perdana di Museum Timah Indonesia Kota Pangkalpinang, Selasa (17/9/2024).Budi Utama tiba di mimbar kehormatan sekitar pukul 07.30 WIB dengan mengenakan baju adat melayu teluk belanga didampingi oleh Pj Ketua TP PKK Yuniar Putia Rahma Budi Utama.Upacara berlangsung khidmat dan dihadiri oleh Sekretaris Daerah Kota Pangkalpinang, Forkopimda, Ketua DPRD Kota Pangkalpinang, serta seluruh pejabat tinggi pratama lingkup Pemerintah Kota Pangkalpinang.Budi menyampaikan secara singkat sejarah Pangkalpinang dengan kata Pangkal memiliki nama spesifik atau sama diri “Pinang” sebagai tempat kedudukan daang dan jenang didirikan berdasarkan kebijakan Susuhunan Sultan Ahmad Najamuddin I Adi Kesumo pada Tanggal 17 September 1757 Masehi bertepatan dengan Tanggal 3 Muharram 1171 Hijriah.Sebagai salah satu pangkal yang strategis di Pulau Bangka, Pangkalpinang secara historis dan filosofis didirikan untuk kepentingan ekonomis, politis dan untuk kepentingan sosial budaya masyarakat yang menempatinya.Pelaksanaan upacara tahun ini agak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena dilaksanakan di kawasan Museum Timah Indonesia Pangkalpinang yang dalam dimensi ruang, dimensi waktu dan dimensi peristiwa merupakan salah satu situs bersejarah di Kota Pangkalpinang.“Bangunan Museum menjadi monumen hidup (living monument) dan penanda penting bagi eksistensi keberlangsungan cita cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, terutama masa selama 197 hari pemimpin Republik Indonesia menjalankan exile government dari Tanggal 22 Desember 1949 hingga 6 Juli 1949,” ujar Budi.Tanpa terasa kata Budi, Pangkalpinang sudah berusia 267 Tahun. Dengan usia tersebut masih banyak kekuatan dan potensi yang dimiliki harus digali, masih banyak tantangan yang harus dihadapi, masih banyak peluang yang harus dicermati, dan masih banyak kelemahan yang harus diperbaiki.“Memang telah banyak yang kita lakukan untuk Kota Pangkalpinang tapi tugas dan pengabdian belum selesai,” ungkapnya.Dalam momentum berharga ini Budi mengajak seluruh komponen masyarakat untuk bersama mambangun Kota Pangkalpinang. Keberagaman dan kebersamaan yang telah terjalin di Kota Pangkalpinang merupakan modal sosial utama untuk membangun Kota Pangkalpinang.“Keberlanjutan pembangunan merupakan kewajiban seluruh komponen masyarakat,” tegasnya.Selain itu, ia juga menyampaikan beberapa hal penting terkait pelaksanaan pilkada serentak. Ia juga mengajak agar seluruh masyarakat untuk merenungkan kembali makna demokrasi.Demokrasi adalah bentuk menjadikan rakyat sebagai pemilik kedaulatan utama. Pilkada serentak merupakan wujud nyata dari prinsip demokrasi yang mengedepankan hak setiap individu untuk memilih pemimpin yang dianggap terbaik dari yang baik (primus interpares).Melalui proses pemilukada, komitmen kita terhadap prinsip-prinsip keadilan, transparansi, dan integritas harus dijunjung tinggi.“Mari kita jaga semangat kebersamaan. Pilkada serentak adalah momen penting yang harus kita hadapi dengan semangat persatuan dan kesatuan. Proses ini harus dijalani dengan penuh tanggung jawab dan jauhkan perpecahan di antara kita.Budi menyebut perbedaan dalam pilihan politik merupakan hal yang biasa. Oleh karenanya, ia menekankan agar masyarakat harus tetap menjaga ukhuwah dan harmoni dalam kehidupan.Pilkada harus menjadi momentum untuk memperkuat ikatan sosial dan menghindari segala bentuk konflik atau ketegangan yang bisa merusak persatuan.Ia juga mengajak agar masyarakat dapat meningkatkan partisipasi aktif dalam pilkada. Sebagai warga negara yang baik, masyarakat memiliki kewajiban untuk memberikan suara dan berperan aktif dalam proses demokrasi.“Mari kita ciptakan suasana yang kondusif. Tugas kita bersama untuk memastikan bahwa Pilkada dapat berlangsung dengan aman, damai, dan adil. Semua pihak, mulai dari penyelenggara pemilu, aparat keamanan, hingga masyarakat, memiliki peran penting dalam menciptakan suasana yang kondusif,” jelasnya.“Kita harus mendukung setiap upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pemilu dan memastikan bahwa semua aspirasi masyarakat dapat terakomodasi dengan baik,” katanya.Diakhir sambutan, Budi berharap agar Kota Pangkalpinang ini dapat berkembang, terus maju dengan segala fasilitas-fasilitas pelayanan masyarakat.Untuk itu ia mengajak seluruh stakeholder untuk bersinergi membangun dan mengembangkan Kota Pangkalpinang agar dapat menciptakan kehidupan yang tenteram, aman dan damai dalam lingkungan yang bersih, sehat, teratur dan dalam keberkahan.“Semoga keberlangsungan pembangunan Kota Pangkalpinang dapat terlaksana menuju kejayaannya dan Pangkalpinang Pangkal Kemenangan,” pungkasnya.Setelah upacara selesai Pj Wali Kota Pangkalpinang, Forkopimda, dan seluruh pejabat tinggi pratama Pemerintah Kota Pangkalpinang melakukan konvoi menggunakan bis Pownis PT Timah, Tbk dan akan dibawa menuju Kantor Wali Kota Pangkalpinang untuk melaksanakan sidang paripurna. (*)Sumber: Dinas Kominfo
Tiga Rumah Ibadah di Desa Ngargoyoso di Karanganyar yang bertempat di satu lokasi
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Di Desa Ngargoyoso, kaki Gunung Lawu, terdapat simbol toleransi antar umat beragama rakyat setempat dengan berdirinya Masjid Al-Mumin, Gereja Sidang Jemaat Allah Pancaran Berkat dan Pura Agra Bhadra Darma. Penempatan ketiga tempat ibadah secara bebarengan tersebut digagas oleh Kepala Desa Sri Hartono. Ketiganya dibangun dengan menggunakan kas desa.
Meski kepala desanya sudah meninggal, warga setempat masih menjalin kerukunan dan toleransi antar-agamanya lho. Salah satu caranya dengan menjalin komunikasi yang baik hingga sekarang. Selain itu, mereka pun saling menghormati setiap diadakan perayaan besar keagamaan.
Enam Rumah Ibadah yang bersandingan di Royal Residence, Surabaya
Kerukunan dan toleransi antar-warga Surabaya sudah ditunjukkan sejak Zaman Majapahit. Hal tersebut diperkuat dengan adanya Tri Kerukunan Umat Beragama. Sebagai simbol kerukunan tersebut, pihak pengembang Royal Residence membangun enam rumah ibadah untuk enam agama berbeda, yaitu: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu. Pembangunannya direncanakan akan selesai akhir tahun 2018. Adanya enam rumah ibadah ini diharapkan dapat menjadi simbol toleransi umat-beragama di Indonesia, khususnya Surabaya.
Itulah tadi lima lokasi unik yang bisa jadi cerminan toleransi antar-warga Indonesia. Apakah ada juga simbolisasi toleransi antar umat beragama atau antar etnis di tempatmu? Yuk, bagi di kolom komentar!
Baca juga: 5 Hal yang Harus Kamu Lakukan Ketika Ada Teror Bom di Kotamu
Jakarta, swarabhayangkara.com – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, secara resmi meresmikan Terowongan Silaturahim yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta. Terowongan ini menjadi simbol persatuan dan toleransi antarumat beragama di Indonesia.
“Peresmian Terowongan Silaturahim ini adalah simbol berharga kerukunan bangsa kita. Perbedaan tidak menjadi penghalang bagi bangsa Indonesia untuk bersatu,” ujar Presiden Prabowo saat acara peresmian.
Menteri Agama, Nasaruddin Umar, mengungkapkan bahwa pembangunan ini adalah realisasi arahan Presiden Joko Widodo pada 2020. Tujuannya adalah memudahkan akses antarbangunan ibadah sekaligus menyediakan kapasitas parkir hingga 1.000 kendaraan tanpa mengganggu arus lalu lintas.
“Terowongan ini kami harapkan menjadi simbol toleransi antarumat beragama dan mempermudah akses jamaah,” kata Menteri Nasaruddin.
Di dalam Terowongan Silaturahim terdapat instalasi seni bertema Wat Hati (Jembatan Hati) karya seniman Sunaryo, yang mencerminkan pentingnya persatuan. Terowongan ini juga dilengkapi dengan galeri, diorama, dan suara simbol berbagai agama. Cahaya tanpa putus pada reling menjadi tanda hubungan harmonis antarumat.
“Kami berharap Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral menjadi simbol kebahagiaan bersama, terutama menjelang perayaan Hari Natal,” tambah Menteri Nasaruddin.
Proyek ini mencakup pembangunan shelter di sisi Istiqlal dan Katedral, lanskap area shelter, serta fasilitas parkir bersama. Dengan kapasitas besar, fasilitas ini mendukung aktivitas jamaah kedua rumah ibadah secara efektif.
Peresmian ini dihadiri oleh jajaran Menteri Kabinet Merah Putih, tokoh lintas agama, dan pejabat eselon I Kementerian Agama. Kehadiran berbagai elemen masyarakat mencerminkan semangat kebersamaan dan toleransi.
Terowongan Silaturahim menjadi bukti nyata upaya Indonesia dalam menjaga harmoni dan persatuan di tengah keragaman, sekaligus langkah konkret meningkatkan aksesibilitas antarumat beragama.
SUARA azan bergema sekitar pukul 12.00 WIT di Masjid Al-Hijrah yang berada di lokasi Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw, Perbatasan RI-PNG, Kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua, Selasa (15/8/2023).
Azan ini menandakan tiba waktu shalat zuhur bagi umat Islam di sana. Menjadi menarik karena masjid yang tengah mengumandangkan azan ini berdampingan lokasi dengan Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua Jemaat Eirene.
Kedua tempat ibadah ini berada tak jauh dari Pasar Perbatasan Skouw yang ramai dikunjungi oleh warga Papua Nugini di setiap Selasa dan Sabtu. Keduanya menjadi simbol toleransi antar-umat beragama di wilayah pos perbatasan di posisi paling atas Pulau Papua tersebut.
Masjid Al-Hijrah yang berada di PLBN Skouw, Perbatasan RI-PNG di Kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua, Selasa (15/8/2023). Kehadiran rumah ibadah di perbatasan, sebagai sarana menumbuhkan toleransi beragama di tapal batas Indonesia-Papua Nugini.
Pengurus masjid, Agus Khusnu, mengatakan, toleransi beragama di perbatasan Skouw sangat baik, terutama antara umat Islam dan Kristen.
"Kita saling kerja sama dan hubungan toleransi sangat baik. Kita saling membantu dan saling menghormati dan menghargai," katanya kepada Kompas.com di Masjid Al-Hijrah Perbatasan Skouw, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua, Selasa (15/8/2023).
Baca juga: PLBN Skouw, Wajah Indonesia di Negeri Ufuk Timur Papua
Kata Agus, Masjid Al-Hijrah dan GKI Jemaat Eirene yang ada di perbatasan ini dibangun oleh Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan (BNPP).
Seusai dibangun, masjid diserahkan kepada Pengurus Masjid Al-Hijrah dan gereja diserahkan kepada GKI di Tanah Papua, untuk pelaksanaan aktivitas peribadatan bagi umat dan jemaat yang ada di wilayah perbatasan.
"Di Masjid Al-Hijrah, umat yang ibadah pas hari-hari pasar itu bisa sekitar ratusan orang. Kalau hari biasa bisa sekitar 10-20 orang," ucap Agus.
Diserahkan pada 2021, lanjut Agus, masjid tersebut tetap dalam pantauan BNPP.
Baca juga: Kisah Uang Kina di Pasar PLBN Skouw
Sementara itu, Ketua Jemaat GKI Eirene, Klasis GKI Muara Tami, Pendeta Bastian Warobay menyebutkan bahwa ada 16 kepala keluarga (KK) jemaat Kristen atau Nasrani di kawasan PLBN Skouw.
Nampak Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua Jemaat Eirene yang dibangun BNPP dan berada di Perbatasan PLBN Skouw, Perbatasan RI-PNG di Kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua, Selasa (15/8/2023).
Menurut Bastian, jemaat di GKI Eirene ini terdiri dari pegawai perbatasan, anggota TNI-Polri, serta warga masyarakat sekitar PLBN Skouw—baik pemukim maupun mereka yang membuka usaha di kawasan PLBN Skouw.
Bastian membeberkan bahwa toleransi kehidupan beragama yang ada di wilayah perbatasan PLBN Skouw selama ini berjalan dengan baik.
“Misalnya, beberapa waktu lalu ada hari Idul Adha (Kurban) dari umat Muslim, kami dilibatkan untuk bersama-sama merayakannya,” ungkap Bastian.
Menurut Bastian, kehidupan keluarga di PLBN Skouw, baik umat Kristen dan umat Islam yang ada di perbatasan berjalan dengan baik.
"Saling mengisi dan berbagi serta terlibat aktif dalam mendukung kegiatan yang dilaksanakan oleh gereja ataupun masjid di wilayah perbatasan,” tutur dia.
Masjid Ornamen Kelenteng di Magelang merepresentasikan toleransi lintas etnis dan agama
Di Kota Magelang, tepatnya di Perumahan Armada Estate, terdapat bangunan masjid dengan ornamen khas Tionghoa. Masjid semi kelenteng ini bernama Masjid Al-Mahdi. Masjid ini dibangun dari tanah wakaf seorang warga beretnis Tionghoa dengan bantuan masyarakat setempat. Bangunan masjid ini seakan merepresentasikan toleransi lintas etnis dan agama.